Cara Menghindari Helicopter Parenting, BUNDa.Co – Pernah tidak mendengar pola asuh helicopter? Tanpa disadari banyak lo orang tua yang menerapkannya. Padahal pola asuh model helicopter sangat tidak baik untuk masa depan anak. Hm, memangnya apa pengertian parenting ini dan bagaimana cara menghindari helicopter parenting? Yuk simak penjelasan berikut;
Helicopter Parenting
Apa kamu selalu membantu anak mengerjakan tugas sekolah karena khawatir dia akan tidur larut malam atau salah menjawab? Atau apa kamu sering kepo apa saja kegiatan anak dengan menghubungi gurunya? Kalau iya, berarti kamu juga menerapkan helicopter parenting.
Helicopter parenting adalah pola asuh orang tua yang terlalu mengkhawatirkan anak sehingga terkesan mengontrol setiap tindakan dan keputusan anak dalam segala hal. Bisa dibilang over-protective gitu deh.
Ada empat hal yang paling tidak menjadi ciri helicopter parenting yaitu sering ikut campur urusan anak, mengikuti anak ke mana pun pergi, terlalu mengkhawatirkan anak, dan berlebihan membantu anak (mengerjakan PR anak misalnya).
Dampak Helicopter Parenting
Ada banyak alas an orang tua menerapkan pola asuh ini. Bisa jadi karena orang tua selalu ingin anak dalam keadaan baik-baik saja dan termonitor. Kamu mungkin merasa sudah melakukan yang terbaik untuk anak. Tapi segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Berikut ini beberapa dampak negatif yang perlu dicermati.
- Anak menjadi manja
- Rasa percaya diri anak menurun
- Anak lebih mudah cemas
- Life-skill terhambat
Terbayang bagaimana masa depan anak nantinya? Jangan sampai anak dewasa dengan sikap manja yang melekat ya.
6 Cara Menghindari Helicopter Parenting
Jangan Mengarahkan Anak
Tidak perlu mengikatkan tali sepatu anak usia 5 tahun atau memakaikannya baju kalau dia sendiri bisa melakukannya. Hindari mengarahkannya karena khawatir pada risiko normal yang mungkin dia hadapi untuk anak seusianya. Biarkan dia menyerap semua pengalaman itu.
Juga bukan ide bagus untuk terus menerus berbicara pada gurunya mengenai anak atau menggantikan anak untuk menjawab soal. Kalau anak memutuskan sesuatu dengan ragu-ragu, orang tua tidak perlu melewati batas dengan mambantunya.
Biarkan anak merasakan ketidaknyamanan jika keputusannya salah. Semua itu akan membuatnya belajar. Sekali lagi jangan cegah anak memperjuangkan sesuatu.
Jangan Terlalu Mengkhawatirkan Anak
Secara intuitif, orang tua akan selalu memikirkan anaknya. Tapi bukan berarti harus selalu fokus setiap pagi, siang, dan malam dengan membayangkan hal-hal terburuk. Lepaskan semua kekhawatiranmu tentang masa depannya seperti “bagaimana nanti jika dia tidak jadi seseorang saat besar nanti?” “Apa rasa malunya jadi tanda kalau dia tidak percaya diri?”
Menginterogasi anak juga tidak baik misalnya “kamu baik-baik saja? Apa kamu yakin?” Hal lain yang menjadi tanda kamu terlalu mengkhawatirkan anak adalah mengonfirmasi ketakutan. Khawatir boleh, tapi seperlunya saja. Biarkan anak menikmati pertumbuhannya dan menyelesaikan masalahnya.
Jangan Jadikan Anak Pusat Duniamu
Memang, anak adalah segalanya bagi orang tua. Tapi bukan menjadikan anak sebagai satu-satunya pemenuh kebutuhan emosi. Kamu hanya merasa senang jika dia senang, bukannya karena proses yang dia lakukan. Hal ini akan membuat orang tua cenderung memenuhi semua keinginan anak.
Jangan berdiri pada fungsi yang berlebihan. Sesekali, jadilah pengamat untuk anak bukannya eksekutor. Jika dia mampu melakukan sesuatu sendiri, biarkan saja walaupun tidak sebaik orang lain.
Selain itu, jangan jadikan prestasi anak sebagai validitas penilaianmu pada dirimu sendiri. Tidak perlu mengutuki diri karena nilai anak jelek padahal kamu sudah mengajarinya. Semua butuh proses.
Jangan Labeli Anak
Melabeli anak dengan positif atau negatif tidak baik karena secara tidak langsung dia akan meramalkan dirinya seperti itu atau mendorongnya memiliki karakter yang tidak tepat. Jangan ingatkan anak-anak untuk mengingat label mereka misalnya “yang cantik”, “yang malas” dan lain sebagainya.
Hindari juga mengatakan “kamu selalu…” atau “kamu tidak akan pernah bisa…” Biarkan mereka berproses dan membentuk pribadi mereka. Jangan lagi memenuhi hari mereka dengan “ramalan”-mu.
Jangan Tersinggung Jika Anak Berbeda dari Orang Tua
Mungkin kamu terlalu percaya pada pepatah yang mengatakan “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” sehingga berharap anak akan sangat mirip dengan orang tuanya. Kamu seolah tidak percaya jika dia punya pemikiran sendiri yang ternyata berbeda darimu.
Kamu merasa perlu membinanya agar semirip mungkin atau menerima pendapatmu. Padahal, mereka tetaplah individu lain yang punya pandangan sendiri. Jika kamu tetap memaksakan hal ini, mereka tidak akan bisa memutuskan dengan baik. Biarkan mereka menyampaikan gagasannya dan lihatlah kamu akan bangga dibuatnya.
Saat terlalu fokus pada anak, bukan tidak mungkin kamu akan melupakan semua urusanmu. Beri perhatian pada anak secukupnya. Biarkan dia belajar dari kesalahan yang dibuatnya. Dia akan memahami bahwa semua keputusan mengandung konsekuensi.
Mulai sekarang, kurangilah rasa khawatir yang berlebihan pada anak. Semua itu demi masa depan mereka. Jadi, begitu ya cara menghindari helicopter parenting. Yuk, mulai sedini mungkin.